Tags
adil dan peduli, cerdas, ESQ Business School, forum alumni ESQ, GEMA 165, Gerakan pemuda 165, Indonesia Emas 2020, jujur, kerjasama, Mahasiswa, moral dan spiritualitas, Pakar pembangunan karakter, pintar, tanggung jawab, visioner
Pakar pembangunan karakter dan founder ESQ 165 Ary Ginanjar Agustian mengungkap, jumlah wirausaha di Indonesia belum mencapai satu persen. Padahal, di Amerika Serikat ada 17 persen wirausahawan, sedangkan Singapura mencapai sekitar tujuh persen. Hal itu tentu berdampak kurang baik bagi Indonesia. Diantaranya, jumlah pengangguran dan sarjana menganggur terus bertambah. Penyebabnya masyarakat tidak mempunyai jiwa wirausaha. Oleh karena itu, melalui ESQ Business School yang didirikannya, Arymengajak untuk membangun dan membuka jiwa wirausaha.
Tujuannya, agar masyarakat tidak mengandalkan pemerintah dalam membangun ekonomi. Suatu negara, lanjut Ary, akan maju jika rakyatnya mandiri. “Rakyatnya kalau bisa mendahului pemerintah. Ini yang kami sebut Indonesia Emas,” paparnya.
Target pertama, Indonesia Emas 2020 bisa terwujud. Pondasinya, dengan menegakkan Indonesia berkarakter jujur, tanggung jawab, visioner, kerjasama, adil dan peduli.
Rencananya, pada 20 Mei 2020 akan dilaksanakan deklarasi di Gelora Bung Karno, senayan. “Siapa saja pemimpin yang merasa tidak terlibat korupsi silahkan masuk, yang terlibat korupsi jangan masuk,”terangnya.
Selanjutnya, pada 20 Mei 2030, Indonesia sejahtera bisa tercapai. Dengan didukung pendapatan perkapita yang baik, tidak menutup kemungkinan pada 2045, Indonesia sebagai negara adidaya bisa terwujud. “Tidak ada salahnya bercita-cita, semua orang berhak bercita-cita,”katanya.
Para Alumni ESQ 165, lanjut dia, sudah membentuk wadah yakni forum alumni ESQ. Gerakan pemuda 165 atau GEMA 165 dan forum mahasiswa juga telah terbentuk. Kerjasama dengan para pengusaha, sekolah tinggi pegawai dalam negeri, dan akademi kepolisian juga dilakukan. Tujuannya pada 2020 mereka bsa menjadi pemimpin yang baik. Terbaru, melalui ESQ Business School, Mahasiswa diajarkan untuk berani tampil. “Ada tim-tim parodi, mereka harus berani promosi,” tambahnya.
Sebagai seorang pakar pembangunan karakter Ary sudah berpengalaman dalam bidang bisnis. Mantan dosen Politeknik Universitas Udayana Bali itu pernah megajar selama tujuh tahun. Selama itu, hanya intelektualitas yang diajarkan. Sedangkan, moral dan spiritualitas masih sangat kering. “Otak cerdas, pinter, tapi emosional spiritual kosong. Saya merasa ada yang salah,” terangnya.
Selanjutnya, Ary pun menjajal dunia bisnis. Yakni bidang telekomunikasi, radio panggil, supplier program pemerintah, dan asuransi.
Selama berkecimpung di dunia bisnis, dia mendapatkan apa yang diinginkan. Namun pada 1998 saat krisis moneter melanda, bisnis yang dijalankannya pun hancur semua. “Saya jadi berpikir ulang apa arti kehidupan,” kenangnya.
Bisnis yang dulu sempat dirintisnya diberikan kepada orang lain. Pada 1999, Ary pun memulai ESQ. Selama hampir satu tahun, Ary tidk menonton televisi ataupun membaca koran. Dia fokus menulis, membaca Al Qur’an dan belajar fenomena leadership.